KENAPA MADU HUTAN TIMOR AMFOANG BERBEDA?

1). Kualitas bunga
Kawasan hutan seluas hampir 1.000 hektar di Amfoang memiliki beberapa jenis pohon khas, seperti cendana (Santalum album), kayu putih (Eucalyptus sp), dan kenari (Canarium amboinense Hoch), Melinjo, Nangka, Mangga, Vanili, Kopi, dan bunga hutan lainnya. Bunga pohon-pohon ini sangat diminati lebah yang setiap hari berkeliaran di hutan.

Lebah penghasil madu tidak diternakkan. Jika diternakkan, berpotensi menggunakan bahan kimia. Karena itu, Madu Hutan Timor Amfoang tetap menjaga keaslian madu, mulai dari hutan, proses pengambilan, penyimpanan, sampai penjualan.

Madu dengan standar ekspor harus memiliki kadar air 18 persen, panas 40-60 derajat celsius, kadar air maksimal 21 persen, dan debu (abu) 1 persen. Namun, Madu Hutan Timor Amfoang memiliki kadar air 16-17 persen dan panas 32-43 persen di dalam kandungan madu dan abu (debu) 0,6 persen.


2). Proses Alami Dalam Panen Madu
Para petani lebah (madu) di hutan-hutan sekitar. Biasanya Madu Hutan Timor Amfoang diambil dari lebah gantung. Tidak ada perbedaan antara madu batu dan madu pohon. Kualitas madu ditentukan oleh jenis makanan (bunga) yang diisap lebah.

Madu Hutan Timor Amfoang diambil dari hutan oleh kelompok dengan teknik khusus, sesuai kearifan lokal, tidak menebang pohon, atau merusak hutan. Mereka diajari bagaimana mengambil sarang madu, memperoleh madu, lilin madu, dan menyimpannya


3). Packing Lebah Madu 
Dalam proses penyimpanan, Madu Hutan Timor Amfoang tidak menggunakan bahan bahan yang mengandung kimia, plastik atau sejenisnya dikarenakan akan terjadinya kontaminasi antara madu tersebut dengan tempat penyimpanan. Suhu madu dengan kisaran 32-43 derajat celcius akan bereaksi dengan tempat penyimpanan yang berbahan kimia, plastik atau sejenisnya.